by Ust. Untung Tri Rahmadi
Terik panas siang hari menyambut kami hari itu. Nganjuk, sebuah daerah di Timur Jawa yang menjadi perhentian sementara sebelum menuju Pare. Tidak sampai menunggu, sejak turun dari Rosalia yang mengantarkan kami, telah menunggu seorang bapak yang menjemput kami dengan van hijaunya dan akan mengantarkan kami menuju Pare yang jaraknya sekitar 60 km. Setelah mampir ke stasiun Kertosono untuk mengetahui jadwal kereta api, lalu kami menghentikan sejenak kendaraan demi memenuhi hak tubuh untuk menerima asupan makanan. Kala itu, warung bakso merk Barokah menjadi santapan pertama kami di kota ini.
Sekitar pukul 14 kami tiba di rumah singgah kami selama belajar di Pare. InsyaAllah, dirumah ini kami akan menghabiskan masa selama 20 hari demi mempelajari bahasa Inggris. Tempat kami belajar nanti letaknya tidak jauh dari rumah singgah, mungkin sekitar 50 meter dengan berjalan kaki. Pare, sebagaimana yang sering kami dengar, merupakan suatu perkampungan yang banyak berdiri lembaga kursus bahasa Inggris. Dari penghitungan manual sebuah peta wilayah yang kami lihat, terdapat sekitar 50-an tempat kursus di desa ini. Tidak seluruhnya merupakan lembaga kursus bahasa Inggris, sekitar 3-4 di antaranya merupakan tempat kursus bahasa Arab, dan ada juga 1-2 lainnya merupakan tempat kursus bahasa Jepang.
Mungkin tidak sebagaimana yang dengan hebohnya kami dengar, bahwa Pare adalah sebuah desa atau lebih tepatnya kampung bahasa yang konon para penduduk hingga pedagang-pedagangnya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Entah itu cerita yang berlebihan (atau melebih-lebihkan), atau memang penangkapan kesan hingga ekspektasi kami maupun orang-orang yang belum pernah kesana yang membayangkan bahwa Pare is English village. Apa yang kami dapati selama dua hari menginjakkan kaki di desa ini tidak menunjukkan fakta itu. Penduduk maupun pedagang yang mangkal maupun berseliweran disepanjang jalan desa ini masih berbahasa sesuai dengan bahasa ibu mereka yakni bahasa Jawa. Adapun keunikkan desa ini memang pada banyaknya tempat kursus bahasa yang bertebaran di setiap sudutnya, dan karena itulah mungkin desa ini dikenal sebagai kampung bahasa, namun bukan warga desanya yang menggunakan bahasa asing (Inggris) sebagai bahasa sehari-hari. Kalau disebut tempat ini adalah tempat yang kondusif untuk mendalami bahasa inggris, itu karena banyaknya lembaga kursus bahasa, sehingga menyedot banyak perhatian dari masyarakat bukan hanya Jawa, tapi juga seluruh Indonesia untuk datang ke tempat ini dan belajar bahasa Inggris secara intensif selama kurun waktu tertentu.
Yang menarik bagi kami pribadi dari desa ini adalah sejarah yang membentuk Pare menjadi desa yang memiliki banyak lembaga kursus seperti sekarang ini. Sewaktu dalam perjalanan dari Nganjuk menuju Pare, bapak penjemput kami bercerita bahwa Pare mulai menjadi desa yang memiliki keistimewaan dengan lembaga kursusnya di awali dari sekitar tahun 77 yang mulai tumbuh dan berdiri beberapa tempat kursus. Lalu tahun demi tahun berganti, tempat kursus itu semakin banyak, yang gaungnya semakin bergema pada sekitar tahun 90-an. Saat itu Pare menjadi suatu wilayah yang dikenal sebagai kampung bahasa, sehingga berdatanganlah para pelajar yang memanfaatkan waktu liburan sekolah maupun kuliahnya untuk belajar bahasa Inggris di sini. Awalnya mungkin hanya pelajar disekitar Jawa yang berbondong-bondong untuk belajar kesini, terutama saat-saat liburan sekolah maupun kuliah. Mereka mengambil program singkat (short course) pada lembaga-lembaga bahasa di desa ini. Namun lama kelamaan, seiring dengan zaman yang semakin berkembang yang seringnya disebut dengan istilah zaman globalisasi, tempat ini semakin terkenal ke seantero daerah nusantara. Yang datang pun bukan hanya para pelajar yang sekedar memanfaatkan waktu liburan mereka, namun sekarang juga banyak dari mereka yang sudah bukan pelajar lagi. Sejauh yang kami dapati dari hasil survey sekilas maupun pengalaman teman-teman yang pernah kesini, profil mereka yakni tidak jauh dari mantan mahasiswa, yang mengisi waktu senggang selama menunggu panggilan kerja, atau juga para guru dan pendidik, baik guru bahasa Inggris yang ingin mengetahui metode pembelajaran disini, maupun guru atau pendidik dari mata pelajaran lain yang biasanya dikirim untuk belajar disini dalam rangka misi lembaga mereka dalam mengembangkan bahasa di tempat mereka mengajar.
Beberapa guru bahasa inggris yang pernah ke kampung bahasa ini pernah menuturkan tentang metode pembelajaran bahasa Inggris di tempat ini. Bagi mereka, sebenarnya metode yang digunakan biasa-biasa saja, bahkan mereka menyebutnya metode klasik, sembari menjelaskan bagaiman pemblejaran bahasa Inggris dengan metode klasik itu. Ketika saya mendengar penuturannya (sesaat sebelum kami berangkat ke Pare), sempat terbersit tanya; jika metodenya biasa-biasa saja (klasik bahkan), lalu apa nilai jual Pare ini sebagai kampung bahasa yang terkenal dimana-mana. Bahkan ketika kami membuktikan sendiri ke-“biasa”-an Pare ini sebagai kampung bahasa, kami semakin merasa yakin bahwa memang Pare ini sebagai suatu kampung yang sedikit unik, bukan karena aspek tertentu yang beda dari kampung ini seperti para penduduknya yang dalam kesehariannya mereka berbahasa inggris, atau juga bukan karena para guru dan metode pembelajarannya yang spektakuler, akan tetapi kami melihat penjelasannya ada pada terkonsentrasinya lembaga kursus bahasa di tempat ini, dan sesuatu yang lain yang dijelaskan melalui kajian perkembangan zaman.
Sebagaimana yang telah selintas di paparkan mengenai perkembangan zaman yang lazim disebut zaman globalisasi. Pada titik ini kita menyadari bahwa bahasa menjadi kunci paling penting memasuki percaturan global, karena sebagaimana yang disebutkan oleh para ahli, bahwa memasuki zaman globalisasi, kita akan berada pada dunia yang melebur, dunia yang ruang dan waktunya semakin menyempit, dunia yang seperti sebuah perkampungan global (global village). Maka dalam karakter zaman seperti ini, agar interaksi dan interrelasi berjalan baik dan lancar, diperlukan suatu keseragaman tanda (bahasa sebagai tanda paling utama) sehingga dapat dimengerti oleh mereka semua yang berkomunikasi. Maka muncullah istilah bahasa internasional, yakni bahasa-bahasa yang telah diakui secara global sebagai bahasa yang digunakan berkomunikasi dalam perhelatan multination. Dan bahasa inggris adalah menjadi bahasa pertama yang disepakati sebagai bahasa dunia, sehingga setiap orang berlomba-lomba untuk menguasainya jika ingin senantiasa berperan dalam percaturan global dalam bidang ekonomi, politik, sosial-budaya dan sebagainya. Maka Pare sebagai kampung belajar bahasa menjawab tantangan itu dengan menawarkan paket pembelajaran massal yang terlokalisir di sebuah desa kecil. Sebuah solusi sekaligus ladang ekonomi yang luas menjanjikan. Tertarik untuk belajar bahasa Inggris di Pare? Atau tercetus ide brilian mengenai proyek bangun desa terinspirasi dari Pare? (aBu uSaMaH aS-sAdAtAny, 15 Juni 2011; 19.40)
PAREEEE.... i miss that place so much..
ReplyDeleteits a right place to study English..
excuse me brother... may i share some good information here?
Urgently Required
Easy Speak, A fast-growing National English Language Consultant, is hunting for
English Tutors
Qualifications:
1) Competent, Experienced, or Fresh Graduates
2) Proficient in English both spoken & written
3) Friendly, Communicative, & Creative
4) Available for being placed in one of the following cities:
a. Batam 0778-460785
b. Pekanbaru 0761-7641321
c. Balikpapan 0542-737537
d. Palembang 0711-350788
e. Samarinda 0541-273163
f. Denpasar 0361-422335
g. Makassar 0411-451510
h. Semarang 024-3562949
i. Bandung 022-76660044
j. Banjarmasin 0511-7069699
If you meet the qualifications above, please send your resume to: easyspeak.recruiting@gmail.com.
Or contact our branch offices mentioned above to confirm prior to sending your resume.
Deadline: July 30, 2011.
Visit http://www.easyspeak.co.id for further information.
Make sure that you won’t miss this golden opportunity as the day after tomorrow might be too late for you to compete for this position
its been long time...
ReplyDelete